Senin, 10 Februari 2014

Antara URIP dan Roh Suci

ROMO HERUCOKRO SEMONO pernah mengatakan bahwa kedudukan antara Roh Suci dan URIP itu sudah dekat sekali hanya saja tidak dijelaskan secara rinci bagaimana sifat dan kedudukannya masing-masing. Dalam kitab suci disebutkan bahwa persoalan ROH adalah urusan  TUHAN dan rahasia TUHAN; manusia tidak diberi ilmu tentang ROH melainkan Cuma sedikit. Karena sudah diberi kelonggaran meskipun Cuma sedikit, maka tidak ada salahnya kalau kita kupas meskipun Cuma sedikit berdasarkan sifat tugas dan tanggung jawabnya masing- masing, lumayan dari pada tidak sama sekali.

1.    URIP atau Sang Hidup tidak punya nafsu sahwat sedangkan Roh Suci memiliki nafsu sahwat.
2.    URIP atau Sang Hidup tidak punya keinginan apapun tugasnya hanya memberi URIP – RASA – OBAH ( gerak-getar ) cinta dan kasih sayang dengan sabar tawakal; sedangkan Roh Suci punya keinginan bersenang-senang,bisa menyuruh berbuat baik atau buruk juga bisa melarang.
3.    URIP atau Sang Hidup tidak ikut menikmati hasil perbuatan yang diprakarsai oleh Roh Suci karena URIP hanya memiliki Rasa Tentram tidak terpengaruh oleh pnas-dingin, susah-senang pahit-manis dsb.
4.    URIP tidak dibebani tanggung jawab atas perbuatan raga.
5.    Roh Suci dibebani tanggung jawab atas perbuatan raga karena dia bisa menyuruh dan bisa melarang juga ikut menikmati hasil perbuatan raga.
6.    URIP dan Roh Suci masing-masing bisa berdiri sendiri-sendiri.
7.    URIP dan Roh Suci tidak dilahirkan karena sudah ada lebih dahulu.
8.    URIP dan Roh Suci tidak bisa mati.
9.    URIP tidak bisa disakiti sedangkan Roh Suci bisa disakiti meski raganya sudah hancur lebur.

Dengan demikian bisa kita simpulkan bahwa Roh Suci sudah berdampingan dengan URIP hanya saja tidak campur baur ( gembleng ) sebab nanti kalau pulang keasal-usulnya Roh Suci tidak bisa langsung kembali melainkan harus  mempertanggung jawabkan perbuatan raganya dulu semasa masih hidup; sedangkan URIP bisa langsung kembali keasal-usulnya karena tidak dibebani tanggung jawab apapun. Ini berlaku bagi putra yang bukan ADHANG; tapi bagi PUTRA yang sudah jadi KADHANG, Roh Sucinya bisa langsung kembali ke Sangkan Paraning Dumadi karena salahnya luputnya atau dosanya sudah dihilangkan sesuai dengan bunyi KUNCI yang terakir yaitu :” Kula nyuwun kangge anyirnaake. Tumindak ingkang luput.” Anda penasaran ,silakan baca buku GOLDEN EGG halaman 258 dan 268.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar